Home » » Ingin Kaya?, Menikahlah!

Ingin Kaya?, Menikahlah!

Written By Unknown on Selasa, 25 Februari 2014 | 16.49

Oleh : Ust. Fatkhul Khabib
Keraguan sering kali muncul disaat memikirkan kesulitan dan banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam berumah-tangga (suami-istri) yang mungkin dilatarbelakangi oleh keadaan di sekeliling maupun keluhan dari kawan, kakak dan orang-orang terdekat yang telah menikah sehingga timbul keraguan bahkan rasa takut yang berlebihan, tidak mengherankan jika jawaban mereka selalu pesimis saat ditanya kapan akan menikah, karena meraka merasa belum siap menjalani pahit getirnya perkawinan.

Berbeda dengan orang-orang yang selalu melihat kemesraan dan kebahagiaan suami-istri yang ada di dekatnya meskipun kebanyakan dari apa yang disaksikannya belum tentu benar atau sekedar sandiwara, namun dalam benaknya, hal tersebut (berumah-tangga) adalah keindahan yang harus segera diraihnya sebelum sesal di kemudian hari, tanpa ditanyai pun mereka akan menjawab dengan pasti akan segera menikah. Kedua hal tersebut adalah benar bahwa menikah bukanlah seperti membeli kacang di pasar melainkan harus difikir dipilih dan dipertimbangkan agar rumah tangga tersebut kelak menjadi sakinah mawaddah warahmah, akan tetapi hal tersebut janganlah dijadikan beban, melainkan sebagai tolak ukur dalam menjalaninya, singkirkan perasaan takut dan ketidak siapan dalam diri, jika tidak, hal itu selamanya akan membuatmu tidak akan pernah siap untuk menjalaninya.

Untuk menghilangkan keraguan dan mengokohkan niat, haruslah kiranya diketahui bahwa tujuan dari pada nikah adalah ibadah, karena Allah SWT berfirman : ” Wa ankihul ayama minkum wa asshalihina min ibadikum wa imaikum” dan nikahilah para pemuda dari kamu sekalian yang shaleh, atau dalam firmannya yang lain :”Fankihu ma thaba lakum minannisa”, kawinilah wanita-wanita yang kamu kehendaki. Kesemuanya ini mengisyaratkan bahwa tujuan nikah yang pertama adalah untuk mengikuti atau melaksanakan perintah Allah SWT, yang kedua: mengikuti sunnah Rasulullah SAW, ketiga: ingin membina keluarga yang islami, keempat: ingin mempunyai atau memperbanyak keturunan agar yang menyembah Allah lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak menyembah-Nya.

Olehnya itu perbaikilah niat bahwa nikah itu pada dasarnya adalah untuk ibadah sehingga kalau misalnya suami pulang bertemu isteri pun termasuk ibadah bahkan ketika Rasulullah SAW menerangkan, kalau suami kumpul (gitu deh) dengan isterinya adalah ibadah dan mendapat pahala, para sahabat kaget dan bingung,”Masa sih bersenang-senang dengan istri termasuk ibadah dan mendapat pahala”, jawab rasul:”Bagaimana kalau kalian berzinah”,sehingga bersenang-senang denga isteri pun termasuk ibadah dan mendapat pahala.

Nikah adalah sebagian dari agama, dengan menikah berarti menyempurnakan ibadah dan dengan menyempurnakan ibadah berarti menyempurnakan agama, bahkan menikah itu sendiri dapat membuat orang menjadi kaya, sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surah An nur ayat 32 :”Wankihul ayama minkum wasshalihina min ibadikum wa imaikum in yakunu fuqaraa yughnihimullah min fadhlihi wallahu waasiun ‘alim”. yang artinya: dan nikahkanlah laki-laki yang sendirian dan perempuan yang janda diantara kamu serta hamba laki-laki dan perempuan kamu yang patut nikah, jikalau mereka miskin maka Allah akan menjadikan mereka kaya dengan karunianya, dan Allah maha luas (pemberiannya) lagi maha mengetahui. dalam ayat tersebut, kata “yughnillahu” atau ja’alahumullahu ghaniyan menunjukkan bahwa Allah dengan segala kekuasaannya akan menjadikan mereka itu kaya dengan perkawinannya.

Pasti orang akan bertanya “Masa sih, dengan menikah dapat membuat orang menjadi kaya”, jawabannya simpel dan praktis adalah Aghlabiyah (mayoritas) orang yang kaya adalah orang yang telah menikah bukan yang masih bujang, hal ini disebabkan karena orang yang masih bujang belum mampu memanage keuangannya dengan baik meskipun ia berpenghasilan lumayan banyak, duitnya tersebut akan habis entah dibelanjakannya ke mana, berbeda dengan orang-orang yang telah menikah, karena orang yang telah menika tanpa disadarinya telah mendapat beberapa kelebihan sebagai hasil dari penyempurnaanya terhadap agama, meskipun keuangan kurang memadai namun ia masih memiliki apa yang orang bujang belum tentu miliki yaitu isteri dan anak. Tidak heran jika anda akan melihat lancarnya rezki kawan atau saudara yang telah menikah apalagi setelah mereka mendapatkan anak.

Hal ini kembali ke masalah kecil yang telah banyak diketahui orang namun mengabaikannya atau dapat dikatakan sebagai suatu rahasia yang harus dipertanyakan “Mengapa di dalam bahasa Arab, kemaluan wanita disebut ‘Faraj’ yang artinya terbuka:

Pertama : Karena Faraj (kemaluan wanita) itu berada di tempat yang tersembunyi namun selalu terbuka, keterbukaan faraj tersebut dapat berarti, terbuka saat dimasukin dan terbuka saat mengeluarkan anak.

Kedua : Kata ‘Faraj’ jika dihubungkan dengan Lafdzul Jalalah akan menjadi “Farajallah” yaitu Allah akan membuka pintu rahmat-Nya, yang menjadi pertanyaan, kapankah pintu rahmat tersebut dibuka? Jawabannya sudah sering kali bahkan menjadi basi terungkap dari bibir nenek moyang sampai kepada orang tua yaitu Anak adalah Pembawa Rahmat.

Dari kedua arti di atas, jelas menunjukkan bahwa “FARAJ” jika dibuka dengan sendirinya akan terbuka pintu rahmat, dengan kata lain FARAJALLAH Allah SWT akan membuka pintu rahmat bersamaan dengan terbukanya Faraj. Jadi memang benarlah apa kata nenek moyang dan orang tua bahwa anak adalah pembawa rezki dan rahmat. Tidak heran anda akan melihat lancarnya rezki saudara, kakak dan kawan di saat anaknya lahir secara tiba-tiba tanpa diketahui. Kesemuanya itu kembali ke Yughnillahu yaitu Allah akan menjadikan mereka kaya. Dalam sebuah riwayat hadits bahkan Rasulullah menyatakan : iltamisuu arzaqakum binnikah, gapailah rezekimu dengan berikhtiyar menikah.

Olehnya itu, perbaikilah niat untuk menikah semata-mata adalah ibadah, agar Farajallah benar-benar Yughnillah, singkirkan keraguanyang ada di hati untuk menikah, bertekadlah untuk menjadi pribadi mandiri yang bertanggung jawab, menikmati hidup di masa muda bukan sekedar memperbanyak harta lalu membeli apapun yang diinginkan melainkan bersyukur dengan melakukan sesuatu yang membuat hidup lebih bermakna, jadikanlah menikah sebagai pilihan, jika ada yang bertanya kapan akan menikah, jangan terus menerus menjawab “belum siap” tapi jawablah dengan Insya Allah agar benar-benar merupakan ibadah.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | zoel | KUA
Copyright © 2013. Pelopor Pelayanan Berbasis IT - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by KUA Klojen
Proudly powered by KUA Klojen