Home » » Menjadi Kekasih Allah dengan Menikah

Menjadi Kekasih Allah dengan Menikah

Written By Unknown on Selasa, 07 Oktober 2014 | 18.43

Betapa istimewa pernikahan disisi Allah. Menjadi salah satu tanda-tanda kebesarannya sebagaimana disitir dalam surat al Rum 21 dan menjadi pengantar derajat yang tinggi dihadapan Allah bagi yang mampu memenuhi persyaratan ihlas karena Allah dalam menjalani pernikahan.

Rasulullah bersabda : من نكح لله وانكح لله فحق عليه ولاية الله  barang siapa yang menikah karena Allah dan yang menikahkan karena Allah mereka berhak mendapatkan derajat sebagai kekasih Allah. Betapa tinggi derajat yang ditawarkan Allah bagi mereka yang menikah karena Allah, maka seperti apa sebenarnya koridor liLLah hanya karena Allah ini? Kisah Julaibib mungkin bisa menjadi salah satu tolok ukur apakah pernikahan yang dilakukan lillah ataukah tidak.

Julaibib adalah seorang yang berwajah jelek dan terkesan sangar. Postur tubuhnya pendek, bungkuk, berkulit hitam dan tidak mempunyai harta. Ia tidak diketahui nasabnya dan tidak memiliki suku yang pada saat itu dianggap cacat sosial yang besar bagi yang tak bersuku. Julaibib tidak mempunyai rumah untuk berteduh. Tidurnya berbantalkan tangan dan beralaskan kerikil. Ia sama sekali tidak mempunyai perabotan. Ia minum dari air kolam umum yang diciduk dengan tangkupan telapak tangannya. Abu Barzah, pemimpin Bani Aslam, malah pernah melecehkan Julaibib dengan ucapannya dihadapan kaumnya “jangan biarkan julaibib masuk ditengah kalian! Demi Allah, jika dia berani begitu aku akan melakukan hal yang mengerikan padanya.” Begitulah kondisi Julaibib dimata orang umum.

Namun saat hidayah menghampirinya dan menjadikannya menjadi muslim, Julaibib tidak pernah absen dari shaf awwal saat berjamaah maupun jihad. Meski orang disekitarnya mengesampingkan keberadaannya.  Rasulullah menaruh perhatian khusus padanya. Suatu hari, Julaibib yang tinggal di suffah (semacam serambi) masjid Nabawi disapa dengan lemah lembut oleh baginda Nabi SAW. “Julaibib tidakkah engkau menikah?”  Julaibib menjawab : “siapakah yang mau menikahkan putrinya dengan saya wahai Rasulullah, saya ini lelaki yang tidak laku.” Rasulullah segera menjawab : “tapi kamu laku dihadapan Allah.”
Rasulullah kemudian membawa Julaibib kepada salah seorang pemuka Anshar untuk meminangkan putrinya untuk julaibib. Mendengar putrinya dipinang nabi tentu pemuka Anshar itu sangat gembira, namun setelah mengetahui akan dinikahkan untuk Julaibib, pemuka Anshor dan isterinya menolak dan berkata : “tidak akan pernah putri kita menikah dengan julaibib.”

Putri pemuka Anshar yang dipinang Rasulullah itu, mendengar dan berkata pada orang tuanya : “apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah? Demi Allah kirim aku padanya. Demi Allah karena Rasulullah yang meminta, maka dia tidak akan membawa kehancuran dan kerugian bagiku.” Putri pemuka Anshar itu kemudian membaca surat al ahzab: 36
“dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bgi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan RasulNYa maka sungguh dia telah sesat , sesat yang nyata”

Rasulullah kemudian mendoakan putri pemuka Ashar itu : “Ya Allah, limpahkanlah kebaikan kepadanya dalam limpahan berkah. Jangan Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah”
Putri itu sangat yakin, seperti apapun rupa Julaibib, ia adalah lelaki yang direkomendasikan Rasulullah. Ia pasti hebat dan berkualitas dihapdan Allah. Segala yang dipilihkan Allah dan Rasulullah adalah yang terbaik.

Saat usai perang uhud, para sahabat menyampaikan kehilangan keluarganya, kehilangan para pembesar-pembesar, tetapi Rasulullah malah menyatakan “aku kehilangan Julaibib, dia adalah bagian dariku dan aku bagian darinya.” Saat itu Rasulullah kehilangan pamannya Hamzah tetapi beliau mencari Julaibib, pasti ia memiliki tempat yang khusus dihadapan Allah dan Rasulnya.

Kisah ini menunjukkan betapa pantas derajat sebagai kekasih Allah disematkan pada putri Anshar yang mengabaikan paras muka dan derajat dihadapan manusia demi memilih derajat agama yang tinggi dihadapan Allah dan Rasulnya. Seperti isyarat perintah Rasulullah : “fakhtar bidzatiddin” pilihlah yang mempunyai agama, mempunyai derajat yang tinggi dimata Allah sebagai pendamping hidup. Karena pernikahan bukan sekedar media memenuhkan hawa nafsu tetapi lebih dari itu pernikahan yang terorientasikan pada kebertundukan pada Allah dan Rasulnya dan upaya membahagiakan Rasulullah di hari kiamat nanti dengan keturunan yang menjadi ummat yang dibanggakan, akan menjadi penghantar menjadi kekasih Allah. 

menikahlah karena Allah dan Rasulnya...

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | zoel | KUA
Copyright © 2013. Pelopor Pelayanan Berbasis IT - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by KUA Klojen
Proudly powered by KUA Klojen