Home » » Memenuhkan Harapan Suami-Isteri

Memenuhkan Harapan Suami-Isteri

Written By Unknown on Senin, 09 Desember 2013 | 17.01

oleh : Ust. Fatkhul Khabib

Seringkali terjadi, seorang suami atau istri tak dapat memahami harapan-harapan pasangannya. Hal ini terjadi karena mereka tak saling berterus terang mengemukakan harapan terhadap pasangannya.
Setiap orang tentu memiliki harapan terhadap terhadap diri sendiri maupun individu lain dilingkungannya. Begitu pula dalam suatu pernikahan. Seorang suami memiliki harapan pada istrinya, dan istripun sebaliknya. Baik suami ataupun istri dapat saja memiliki harapan-harapan yang sama. Seperti sama-sama memiliki harapan untuk menjadi seorang suami atau istri yang menghargai dan menghormati pasangannya ataupun menjadi orang tua yang bijak dalam mengasuh dan mendidik anak-anak mereka.
Namun sayangnya, tak selalu sepasang suami istri memiliki harapan-harapan yang sama. Misalnya saja, seorang istri begitu mengharapkan suaminya selalu bersikap romantis padanya dalam setiap kesempatan. Ketika ia menghadapi kenyataan suaminya tak seromantis seperti yang diharapkan, maka ia pun kecewa. Begitu pula suami, dalam benaknya ia berharap istrinya tidak berkarir di luar rumah, namun selalu berada di rumah agar dapat memasak untuknya dan menjaga anak-anaknya. Ketika kenyataannya tak sesuai dengan yang diharapkan, maka ia pun kecewa. Hal ini wajar saja terjadi. Karena pada dasarnya setiap individu memiliki keinginan dan harapan yang unik dan tak selalu sama antara satu dengan yang lainnya, karena hakekatnya pernikahan adalah penyatuan dua kenyataan yang sangat berlawanan agar menjadi satu.

1. Memahami Harapan pasangan.
Seringkali terjadi, seorang suami atau istri tak dapat memahami harapan-harapan pasangannya. Hal ini terjadi karena mereka tidak saling berterus terang mengemukakan harapan terhadap pasangannya. Mereka cenderung berharap agar pasangannya tahu dan mengerti apa yang diharapkannya. Jika hal ini terjadi, tentunya masing-masing pihak tidak dapat mengetahui secara pasti apa yang menjadi harapan pasangannya, apalagi mewujudkan harapan tersebut. Terkadang seseorang merasa enggan untuk mengungkapkan harapannya karena ia merasa takut harapannya tak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga harapan yang ada hanya mampu ia pendam di dalam hatinya. Keengganan mengungkapkan harapan ini dapat pula terjadi pada orang yang tak pernah mendapat kesempatan belajar untuk mengungkapkan emosi secara baik melalui percakapan. Akibatnya is menjadi tertutup dan takut berterus terang mengungkapkan harapannya yang sesungguhnya. Emosi yang terpendam ini, bila dibiarkan bertumpuk akan terekspresikan melalui beberapa tingkah laku, seperi kecewa, menangis, ataupun marah.
Dalam kehidupan suami istri, bila terdapat banyak hal atau pun harapan yang tak pernah diungkap, dirundingkan dan dibahas secara tuntas dapat menimbulkan berbagai konflik dalam kehidupan rumah tangga. Semisal tidak adanya kesepakatan harapan mengenai peran dan tanggung jawab yang harus diembani suami atau pun istri.

2. Utamakan komunikasi dan negosiasi
Tentu saja tak salah Anda memiliki harapan pada suami atau istri. Harapan – harapan ini acapkali berubah menjadi tuntutan yang tidak terucapkan dan bila tidak mendapat tanggapan yang memuaskan, harapan ini dapat menimbulkan konflik dan salah paham yang berkepanjangan. Tentu hal ini tidak Anda inginkan bukan? Untuk menyiasati hal tersebut dan sekaligus mendekatkan hubungan Anda berdua, ada beberapa hal yang dapat Anda dan pasangan lakukan:

3. Berlatih mengungkap harapan secara jelas
Seringkali Anda tidak berani mengungkapkan isi hati Anda dengan jelas pada orang lain karena takut mendapat tanggapan negative. Padahal sikap terus ini mampu membuat orang lain lebih mengerti apa yang menjadi harapan Anda.Kejelasan dalam menyampaikan maksud hati ini juga merupakan perilaku yang tampak lebih dewasa daripada tindakan merajuk, menangis atau pun marah – marah. Acapkali, sikap terus terang ini terbukti efektif dalam menyampaikan pesan dan harapan Anda terhadap pasangan. Namun, perlu diupayakan adalah bagaimana cara mengungkapkan dan menyampaikan harapan ini tanpa membuat pasangan merasa tersinggung.

4. Mempelajari teknik mendengar aktif
Dalam memahami harapan antara Anda dan pasangan memang diperlukan kemampuan menangkap pesan yang tersirat dari harapan – harapan tersebut. Kemampuan mendengarkan maksud dan harapan ini juga Anda perlukan. Untuk itu memang diperlukan kesabaran Anda agar pasangan dapat menyampaikan isi hatinya secara bebas dan terbuka. Dengan demikian Anda berdua dapat saling memahami harapan – harapan Anda melalui teknik mendengarkan secara aktif.

5. Belajar menyesuaikan diri dengan pasangan
Ada kalanya harapan dan permintaan sulit diwujudkan karena berbagai hal. Untuk itu memang diperlukan sikap menerima keadaan, belajar menyesuaikan diri dan meningkatkan toleransi dari Anda berdua terhadap hal – hal yang berbeda dari pasangan. Sikap saling mengerti ini akan menumbuhkan rasa kebersamaan Anda berdua dalam mencari solusi yang tepat untuk menyelaraskan perbedaan harapan yang ada.

6. Memiliki harapan yang realistis
Pada awal perkawinan masing – masing mengharapkan sikap dan tindakan ideal dari pasangannya. Namun seringkali harapan – harapan ideal ini tak terwujud sehingga menimbulkan rasa kecewa. Anda tak perlu berlama – lama tenggelam dalam rasa kecewa ini. Cobalah Anda kaji kembali apakah harapan Anda selama ini terlalu ideal sehingga sulit diwujudkan pasangan Anda? Jika hal ini yang terjadi, maka harapan – harapan ideal ini harus diubah menjadi suatu harapan yang lebih realistis sehingga mudah diwujudkan oleh pasangan Anda.
Hal – hal ini semua diharapkan dapat membantu Anda dan pasangan dalam menyelaraskan harapan – harapan Anda. Namun prasarat utama tercapainya suatu solusi yang memuaskan adalah komunikasi dan negoisasi Anda dan pasangan dalam mengemukakan apa saja yang menjadi harapan Anda berdua. Semoga bermanfaat
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | zoel | KUA
Copyright © 2013. Pelopor Pelayanan Berbasis IT - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by KUA Klojen
Proudly powered by KUA Klojen